Seorang netizen mengaku terkejut ketika kondangan di pernikahan Jawa disajikan berbagai makanan sesuai urutan. Mulai dari menu pembuka, utama hingga makanan penutup.
Umumnya jamuan makan di pesta pernikahan disajikan secara prasmanan. Namun, itu kembali lagi pada tradisi setiap daerah. Seperti di Jawa misalnya yang dikenal dengan istilah piring terbang.
Lewat cuitan di Twitter @FOODFESS2 (09/07/23) seorang netizen menceritakan pengalamannya saat kondangan di pernikahan Jawa. Ia terkejut melihat cara penyajian makanan untuk tamu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fess sender baru pertama kali kondangan di desa gitu. Agak kaget kok berkali-kali ya dikasih makannya. Ternyata ada pembuka sampai penutup," tulisnya.
Terlihat dalam unggahannya, ia disajikan aneka jajanan pasar, sop pengantin, nasi dan lauk, hingga minuman segar. Tradisi jamuan makan di pernikahan Jawa itulah yang disebut piring terbang.
Baca Juga: Kelaparan, Pria Ini Menyamar jadi Tamu di Resepsi Pernikahan Hanya untuk Makan
1. Mengenal Tradisi Piring Terbang
![]() |
Dinamakan piring terbang karena menu makanan untuk tamu tidak disajikan di meja prasmanan, melainkan diantar oleh pramusaji atau sinom langsung ke para tamu undangan.
Para sinom itu akan membawa nampan yang berisi makanan dan berkeliling di area tamu untuk dibagikan satu per satu. Tak hanya satu atau dua sinom, melainkan banyak.
Cara membawa nampannya diangkat setara dengan kepala. Kesibukan para sinom saat membawa nampan berisi makanan itulah yang membuat tradisi ini disebut sebagai piring terbang.
2. Biasa dilakukan di Solo, Jawa Tengah
Tradisi piring terbang ini hanya berkembang di daerah Solo, Jawa Tengah. Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, tradisi ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram.
Rupanya tradisi ini berawal dari kebiasaan masyarakat kecil. Pada saat itu, di sebuah acara banyak tamu undangan yang berdiri ketika menyantap hidangan.
Kemudian, karena ingin menghormati tamu undangan yang sudah datang dan agar mereka tidak lagi makan sambil berdiri akhirnya muncul tradisi piring terbang ini.
Selain itu, tradisi ini juga bertujuan agar tamu merasa diperlakukan dengan baik. Sejak itulah tradisi ini berkembang dan menjadi gaya jamuan makan yang lebih bergengsi.
3. Urutan USDEK
![]() |
Ada menu-menu yang tak boleh terlewat saat tradisi piring terbang itu berlangsung. Urutan tersebut dikenal dengan istilah USDEK yang artinya Unjukan (minuman), Sup, Dhaharan (makanan utama), Es dan Kondur (pulang).
Minuman yang disajikan biasanya berupa teh manis hangat. Kemudian dipadukan dengan kudapan manis, seperti kue bolu, prol tape, risol, kroket, kacang goreng.
Untuk sopnya merupakan sop pada umumnya yang disebut dengan istilah sop manten atau pengantin. Untuk dhaharannya berupa nasi lauk dengan sambal goreng, capcay, dan kerupuk.
Untuk menu esnya biasanya berupa es puter, es krim, atau es buah. Setelah disajikan semuanya, tamu dipersilahkan untuk kondur atau pulang.
Jadi, nanti makanan-makanan tersebut disajikan satu per satu sesuai dengan urutan tersebut dan dengan jeda waktu tertentu. Itu dimaksudkan agar tamu dapat menikmati dengan nyaman dan tidak terburu-buru.
4. Tamu Diharuskan Tepat Waktu
Saat menghadiri sebuah cara, tamu diharuskan datang tepat waktu. Mengingat menu-menu jamuan makan akan disajikan sesuai urutan. Untuk menghormati si pemilik hajat, tamu tidak boleh telat.
Biasanya waktu kedatangan tamu akan ditentukan dan disesuaikan supaya makanan yang disajikan masih dalam keadaan segar dan hangat. Jika tamu datang terlambat, maka tamu akan mendapatkan makanan yang tepat dengan waktu kedatangannya.
Selain berkembang di Solo, tradisi piring terbang ini juga dipakai di beberapa daerah sekitarnya seperti Klaten, Wonosari, dan Wonogiri.
Baca Juga: McDonald's Indonesia Tawarkan Paket Menu Nikahan Seharga Rp 3,5 Juta